12 Nov 2010

Awas hati-hati, jgn remehkan hujan abu vulkanik !

Hujan pasir & kerikil pasca erupsi Merapi 5 November lalu mmg telah usai. Tp hingga hari ini hujan abu msh jd makanan sehari2 krn mmg partikel abu sgt kecil jauh lebih ringan dr pasir & kerikil shg dapat dg mudah tertiup oleh angin hgg ribuan kilometer. Akibatnya tak heran saat ini pemandangan di tiap sudut kota Jogja terlihat “so gray” tertutupi oleh si debu yg berwarna abu2. Jogja begitu sendu kelabu berselimut debu.

Tapi awas jgn remehkan hujan abu vulkanik loh ya !!

Meski terlihat hanya sekedar tumpahan debu tp ternyata bahaya besar mangancam kesehatan manusia di balik tiap butirannya. hujan abu ternyata mengandung gas-gas berbahaya maupun konsentrat abu yg terdiri dari partikel fragmen batuan halus, mineral, dan kaca dengan karakter keras, kasar, korosif dan tidak larut dalam air.

Bbrp jenis gas hasil aktivitas merapi atr lain uap air (H2O) yg diikuti oleh karbon dioksida (CO2) dan belerang dioksida (SO2) dlm jumlah besar & jg sejumlah kecil hidrogen sulfida (H2S), hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), hidrogen klorida (HCl), hidrogen fluorida (HF) dan helium (He). Gas-gas ini dalam konsentrasi tertentu pada paparan jangka pendek (bbrp hari) atopun jangka panjang (bbrp minggu sampe bbrp bulan) bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berupa bronkhitis (radang saluran nafas) atau bronchopneumonia (radang jaringan paru) & iritasi selaput lendir saluran pernapasan. Selain itu sifat asamnya dalam konsentrasi yg tll tinggi dapat menimbulkan kerusakan pada rambut, gatal-gatal pada kulit & berlanjut dg infeksi sekunder akibat garukan berupa iritasi, kemerahan & ruam pd kulit.

Sementara konsentrat debu mengandung mineral kwarsa, kristobalit atau tridimit. Mineral ini adalah kristal silika bebas yang dapat menyebabkan silicosis (kerusakan saluran nafas kecil di paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas di alveolus paru). Selain itu paparan partikelnya pada mata dpt berakibat abrasi atau lecet pd kornea (diakibatkan oleh goresan pada bola mata), konjungtivitis atau iritasitasi pd kantung conjuctival yg mengelilingi bola mata shg mata jd kemerahan, terasa nyeri & spt terbakar serta sgt fotosensitif (meningkatnya sensitifitas/kepekaan thdp cahaya).

Besar kecilnya potensi gangguan kesehatan di atas sebenarnya bergantung pada sejumlah faktor seperti konsentrasi partikel tersuspensi total di dalam udara, ukuran/proporsi partikel terhirup dalam debu (berdiameter kurang dari 10 mikron), konsentrasi kristal silika bebas & gas vulkanik atau aerosol yg bercampur dg debu (tidak melebihi 50 mikrogram per meter kubik), kondisi meteorologi, frekuensi & lama pemaparan, faktor manusianya (kondisi kesehatan sebelumnya) dan penggunaan alat pelindung pernafasan.

Krn itu utk mencegah efek kesehatan yg ditimbulkan kita wajib melakukan perlindungan standar semaksimal mungkin atr lain :

- selalulah menggunakan penutup hidung, jika blm mempunyai masker utk sementara bisa menggunakan sapu tangan, syal atau kain untuk melindungi diri dari debu atau gas.

- jika ingin keluar rumah sebaiknya gunakan pakaian pelindung berupa jaket atau baju berlengan panjang utk menutupi kulit, penutup kepala utk melindungi rambut & juga kacamata untuk menghindari iritasi mata. Selain itu usahakan utk menggunakan respirator atau masker bertipe N25 yg mampu menahan masuknya partikel debu hgg ukuran terkecil krn yg paling berpotensi merusak tubuh adalah partikel abu terkecil yg mencapai kurang dari 1/100 milimeter & ini sgt mudah menembus masker kain biasa shg bisa lgsg masuk ke paru-paru.

- Jangan sembarangan menggosok mata meski terasa sakit, gatal dan merah serta sgr cuci kulit, mata dan rambut dengan air yang tidak tercemar debu stlh terkena paparan debu vulkanik utk mencegah kerusakan & iritasi lanjut.

- utk anak-anak & bayi sebaiknya dijauhkan dr paparan debu krn organ tubuh mereka sangat jauh lbh sensitive & rentan dibanding org dewasa. Jikapun terpaksa keluar utk kepentingan mengungsi dll, sebaiknya minimalkan paparan dg sediakan masker khusus utk anak-anak.

- bagi pengidap penyakit paru kronik spt bronchitis kronik, emfisema & asma sebaiknya sgr mengambil tindakan pencegahan khusus utk menghindari kondisi lebih parah yg dapat menyebabkan additional cardio-pulmonary stress (stres jantung-paru paru berlebih).

Semoga dg perlindungan standar yg sll kita lakukan, dpt menghindarkan kita semua dr musibah yg lebih besar yaitu terenggutnya nikmat kesehatan di tengah bencana yg sdg menyapa kita. ingat saudara2ku dlm kondisi darurat kita hrs sll sehat utk bs tetap siaga & selamat.


* utk tman2ku tercinta mas Sony, p'Yudi, p'Heru, p'Santo, p'Robani & bu Lani yg brada di zona bahaya smoga kalian semua beserta keluarga snantiasa sehat & selamat, amin.


2 komentar:

  1. Begitu dahsyatnya Gunung Merapi meletus beberapa waktu yang lalu. Wedhus gembelnya telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Namun yang juga perlu diperhatikan adalah dampak negatif hujan abu vulkanik. Kalau tidak salah, pada saat musibah sempat terjadi kelangkaan sampai kehabisan stock masker. Walau kemudian dapat diatasi. Tampaknya yang dipakai oleh mereka kebanyakan adalah 'masker biasa' bukan masker tipe N25 yang harganya tentunya relatif lebih mahal. Syukur sekarang Gunung Merapi sudah usai dalam beraksi. Namun ada kemungkinan beberapa tahun lagi Gunung Merapi akan kembali memuntahkan lahar panas dan wedhus gembelnya termasuk hujan abu vulkanik. Awas hati-hati jangan meremehkannya. Trims sharingnya. Salam sukses.

    BalasHapus
  2. yup klangkaan stock masker sgt jlas terlihat saat penjual eceran dipinggiran jln yg sdh mematok harga tinggi pun ttp diserbu pembeli hgg habis tak bersisa.smoga di thn mendatang bencana yg menyapa lebih ramah dr yg skrg. tp ingat...ttp hati2 lan waspada ya...salam sukses kmbali

    BalasHapus