6 Feb 2011

Sebuah keniscayaan

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un

Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari 4JJI dan akan kembali padanya


Beberapa hari yg lalu telinga & mata kita tiba2 dikagetkan oleh berita yg mgkn hgg hari ini msh trs dielu2kan. Adjie Massaid, seorg aktor skaligus politisi, ganteng & msh sgt muda meninggal dunia seketika. meninggalkan seorang istri & 3 org anak yg msh sgt membutuhkan sosok seorg ayah. kematian bagi mereka adlh sebuah kehilangan abadi yg takkan prnah bs kembali.

kembali hati ini tersentak, tertegun & terhenyak. sejenak bayangan2 itu muncul, berkelebat dlm ingatan. terlintas kembali kenangan2 lama dmn kematian2 org tercinta yg jg msh dlm usia muda entah brp kali tlh menyapa dlm hidupku. ya Allah tak urung aku meneteskan air mata.

sungguh tak ada yg abadi. tak ada satu pun yg tak berakhir di dunia ini. tak ada satu mahluk pun yg luput dr kata mati. dan tak satu kuasa pun yg dapat menahan nyawa ini lepas & nafas pun terhenti. tidak ada kecuali. tdk pd mereka yg sdh pergi atau pun jg kita yg msh tegak berdiri di dunia fana ini.

karena sejatinya kita semua, dulu adalah satu. Lalu ledakan mencipta ruang, dan waktu mulai merayap. Sekarang kita sedang dalam perjalanan pulang, menuju rumah kita yang satu itu. ya rumahNya yg nyata & abadi.


“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yg kamu lari daripada-nya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yg mengetahui yg ghaib & yg nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yg telah kamu kerjakan”. (Al-Jumu’ah: 8).

Tiap-tiap yg berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dg keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yg tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisaa’: 78).

“Dan tiada seorang pun yg dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (Luqman: 34).


tapi apakah kematian adalah akhir dr kehidupan ini? apakah dg mati tamat segala riwayat & selesai segala urusan? ternyata tidaklah demikian kenyataannya. sesungguhnya mati hanyalah akhir dr sebuah bakti, namun mati jg adalah awal dr pertanggungjawaban diri. mati hanyalah pintu yg mengantarkan kita menuju jembatan hisab yg dilalui satu persatu untuk kemudian sampai pada persimpangan akhir keabadian. namun, menuju ke simpang manakah kita kemudian? kesengsaraan & tangisan abadi atau kebahagiaan & senyuman abadi? itu semua tergantung dr bekal bakti yg kita bawa sebelum menuju pintu mati.


“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yg dekat, yg menyebabkan aku dapat bersedekah & aku termasuk orang-orang yang shalih?’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun: 10-11).


dari itu, ternyata mati bukanlah perkara kecil & mudah. karena teryata kematian adalah sebuah keniscayaan yg menuntut sebuah konsekwensi. shg pertanyaannya kemudian adalah telah siapkah kita mati?. sungguh sebuah pertanyaan yg sgt menggentarkan hati. rasanya bagai ditampar & dikuliti. namun tak pelak ini adalah sbuah pertanyaan telak yg tak satupun mampu menghindari. karenanya tak ada jalan lain untuk kita berani menjawab ini. satu-satunya jalan yaitu hanya dg mengingat mati itu sendiri. dg mengingat mati maka semoga kita pun niscaya ingat dg segala konsekwensi yg mengikuti.


Cukuplah kematian itu sebagai nasehat.” (HR. Thabrani dan Baihaqi).

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
(HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

"orang yg sebenarnya paling cerdas yaitu orang yg paling banyak mengingat mati & paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati”. (HR. Ibnu Majah).

“Barangsiapa memperbanyak mengingat mati, dia dikaruniai tiga perkara: Menyegerakan taubat, hati yang qana’ah, semangat & kenikmatan dalam beribadah.”
(Abu Hamid Lafaf rah.a, At-Tadzkirah, al-Qurthubi 1/23).



"mari kita isi hidup dg dharma & bakti seraya dg senantia selalu mengingat mati"

6 komentar:

  1. salam hangat dan salam blogging selamat malam

    BalasHapus
  2. @ Rizal : slm hangat jg dr sy. met siang mas :)
    trims kunjungannya

    BalasHapus
  3. maap yah baru bisa kemarii,
    salam hangat :)

    BalasHapus
  4. @ bintang : gpp kok mb, mkasih ya dah mo mampir kmari. slm sy jg

    BalasHapus
  5. Benar banget, Mbak... tak ada yang abadi...
    Tak ada seorang istri yang bisa menduga kapan ia jadi janda, tak ada seorang anak yang bisa menduga kapan ia jadi yatim piatu...

    BalasHapus
  6. kakaakin : tpat mb'. & t'ada suami yg bs mnduga kpn ia jd duda ato ditinggal mati anak istrinya :)

    BalasHapus