26 Okt 2010

Indonesia menangis jilid sekian...


Indonesia mmg sdg dirundung duka. Musibah & bencana tak henti2nya menyapa bagai sdg senang2nya singgah, bermain & semakin betah berlama2 shg tak mau jg beranjak pergi & lupa kmn jln pulangnya. Entah sdh berapa episode Indonesia menangis telah terlewati dg penuh duka cita, bulan ini kita pun memasuki jilid berikutnya yg jg tak tau sdh pd bilangan ke berapa. Bahkan yg lebih pilu bak pemain sinetron yg syuting striping utk episode kejar tayangnya, saat ini ndonesia pun sdg sprint dikejar berbagai macam bencana sekaligus hanya dalam rentang waktu belum genap 1 bulan hitungannya.

Diawali dr banjir bandang yg menerjang Kota Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat pada Senin 4 Oktober 2010 lalu sekitar pukul 07.00. Banjir setinggi 3 meter turun dari Pegunungan Wondiboi telah meluluhlantakan kota dan merusak permukiman penduduk. Akibatnya, ribuan warga mengungsi ke Manokwari dan ratusan lainnya ke Kabupaten Nabire. Hingga Selasa 26 Oktober 2010 siang tadi, jumlah korban banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat telah mencapai 164 tewas, luka 185 orang dan 121 lainnya dinyatakan hilang.

Menurut catatan telah tiga kali banjir bandang berkekuatan besar menghempas pemukiman penduduk di distrik itu yaitu tahun 1955 dan 2008, namun tidak separah di tahun 2010 ini. Diduga penyebab banjir kali ini karena Daerah Tangkapan air (DTA) Manggurai seluas 2.056 Ha yang berada di atas Wasior tak mampu lagi menampung akumulasi air yang terus bertambah setelah hujan lebat yang turun selama 6 hari berturut2, shg akibatnya DTA itu pun jebol dan menyapu habis kota Wasior.

Tapi apakah hanya sesimpel itu? tentu ada akar penyebab di balik itu semua. mungkinkah banjir bandang di kota Wasior akibat telah terjadi kerusakan di Teluk Wondama? karena menurut perkiraan sekitar 30%-40% hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk Cendrawasih telah mengalami alih fungsi sehingga kali Angris dan kali Kiot mjd meluap dan membawa bencana bagi Wasior. Entahlah.

Yg pasti, secara garis besar banjir bandang, tanah longsor atau sejenisnya selama ini merupakan akibat dari perubahan paradigma manusia terhadap hutan yg tidak lagi dilihat sebagai entitas kehidupan. Hutan saat ini dilihat hanya sebagai sumber uang, sumber investasi tanpa memandang secara moral sebagai mata rantai kehidupan biotik. Sepatutnya kita pun harusnya sadar dan memulai untuk mengubah paradigma fungsi hutan secara etis, untuk memulai menanamkan edukasi tentang ekologi hutan secara bijak terhadap seluruh masyarakat dimulai dari dalam keluarga kita. Bencana banjir di wasior, Papua Barat menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Hari-hari berikutnya telinga & mata kita disibukkan dg berita banjir di ibukota. Entah itu di TV, Koran ataupun majalah, selalu dihiasi dg gambar luapan air yg sangat berlangganan mampir & menggenangi kota Jakarta. Seperti biasa di setiap tahunnya, musim penghujan adalah momok terbesar bagi warga ibukota tanpa tau apa solusinya. Entahlah.

Belum tuntas dg banjir Wasior & Jakarta, Senin malam 25 Oktober 2010 pukul 21.42 WIB kitapun dikejutkan dg gempa besar berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang wilayah Sumatera Barat. Gempa ini terjadi di kedalaman 10 kilometer, berlokasi pada 3.61 lintang selatan (SL)-99.93 Bujur Timur (BT) & berpusat di 78 km barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar. Gempa yg terjadi akibat dari bertubrukannya dua lempengan, Indo-Australia di sebelah selatan Sumatera dan lempeng Eurasia di bagian utara ini ternyata menimbulkan tsunami setinggi 2-3 meter di pantai Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai, sekitar 120 mil laut dari Kota Padang. Tsunami menimpa 10 desa bahkan telah menghilangkan satu kampung di kabupaten tersebut yaitu kampung Monte. Akibat terjangan ombak besar ini sedikitnya 502 lainnya hilang, lebih dari 4.000 orang mengungsi dan 112 orang tewas, di duga kalkulasi ini pun msh akan terus bertambah.

Ancaman gempa di wilayah barat Sumatera ini pun dipastikan belum berakhir. Pascagempa dan tsunami, tercatat sudah terjadi 31 kali gempa susulan bahkan yang signifikan di atas 5 SR telah terjadi sebanyak 10 kali. Karena itu warga Padang, Mentawai, dan pesisir barat Sumatera Barat tetap dihimbau untuk terus bersiap menghadapi gempa Megathrust di Pulau Siberut, Mentawai, dengan kekuatan yang lebih besar, mencapai 8,9 skala Richter dan jelas jg menimbulkan tsunami. Ancaman ini muncul karena posisi tempat itu berada di zona tumbukan atau lempengan yg mmg belum stabil jg.

Dan hari ini Selasa 26 Oktober 2010 hanya dalam waktu selang satu hari dr tsunami, Gunung Merapi Jogja dinyatakan meletus sejak pukul 17.02 WIB tadi dengan disertai awan panas. Letusan ditandai dengan suara gemuruh pada pukul 18.45 WIB dengan dentuman sebanyak tiga kali kemudian langsung diikuti nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Merapi yang merupakan gunung termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa ini sudah meletus sebanyak 68 kali sejak tahun 1548. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930 dimana letusan terbesar terjadi pada 1006 yang menyebabkan seluruh Jawa tertutup abu.

Pada hari ini, Merapi memasuki tahap erupsi. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km. Energi letusan Merapi kali ini cukup besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa seperti di kejadian terakhir tahun 2006 lalu yg hanya menewaskan dua orang karena tak sempat menghindari awan panas tebal dan terjebak di bunker. Bahkan energi yang terkandung di Merapi sebelum terjadi erupsi mencapai tiga kali lebih besar dibanding erupsi pada 1997, 2001, dan 2006.

Namun sayangnya sejak status aktivitas vulkanik Merapi dinyatakan “AWAS” pada Senin 25 Oktober 2010 lalu, msh banyak warga yg tidak mengindahkan peringatan utk sgr mengungsi terutama yang tinggal dengan jarak 10 kilometer dari puncak gunung Merapi. Akibatnya sdh jatuh korban meninggal 25 orang akibat terjangan awan panas Gunung Merapi. Bagaimana dg hari ini & besok? Entahlah.

Yg pasti buat kau Indonesiaku tercinta. Teruslah bersabar & jangan pernah menyerah. Duka itu pendek, luntur oleh hangatnya air mata. Manusia hanya wayang, Tuhanlah dalangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar